Di tengah-tengahnya, ada jalan lintas kecil. Rumputnya mati akibat sering dilalui sepeda motor.
GUNDUKAN tanah itu berada di Desa Lamnga, Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar. Di sana ada beberapa nisan yang sudah tercabut dari tanah. Di tengah-tengahnya, ada jalan lintas kecil. Rumputnya mati akibat sering dilalui sepeda motor.
Lokasi tersebut merupakan tempat peristirahatan terakhir salah satu Panglima Perang Aceh, Teuku Ibrahim Lamnga. Ia suami pertama Cut Nyak Dhien.
Ironisnya, tidak ada pemugaran maupun pamplet bertuliskan "makam bersejarah" di lokasi itu. Nasib yang sama juga menimpa Makam Teungku di Blang, yang terletak di Deah Glumpang, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh.
Sebenarnya, hal itu bukan hanya “menimpa” Teuku Ibrahim Lamnga dan Teungku di Blang. Pemandangan yang sama juga terjadi pada ratusan makam lainnya di Aceh. Tak hanya pahlawan kemerdekaan, makam raja dan ulama juga mengalami nasib yang sama.
Sejarah kepahlawan para penjuang ini, seakan tidak memiliki harganya sedikit pun. Padahal, tanpa jasa-jasa mereka, Aceh, dan Indonesia pada umumnya, “mungkin” tidak akan pernah ada dalam catatan sejarah. Nasib makam-makam bersejarah yang kini terbengkalai di berbagai pelosok Aceh.
0 Response to " Menilik kondisi makam sejarah yang terlantar "
Posting Komentar