Diantara Tempat dan Benda bersejarah Aceh

1.       Mesjid Raya Baiturahman

Uraian Singkat :
Mesjid Raya Baiturahman yang terletak di pusat kota Banda Aceh yakni di Pasar Aceh merupakan mesjid kebanggan masyarakat Aceh. Sejarah mencatat pada jaman dulu ditempat ini berdiri sebuah Mesjid Kerajaan Aceh. Sewaktu Belanda menyerang kota Banda Aceh pada tahun 1873 Mesjid ini dibakar, namun untuk meredam kemarahan rakyat Aceh pada tahun 1875 Belanda membangun kembali sebuah Mesjid sebagai penggantinya yang berdiri megah saat ini. Mesjid ini berkubah tunggal dan dibangun pada tanggal 27 Desember 1883. Selanjutnya Mesjid ini diperluas menjadi 3 kubah pada tahun 1935. Terakhir diperluas lagi menjadi 5 kubah (1959 – 1968).

2.       Gunongan

Uraian Singkat :
Gunongan merupakan sebuah bangunan peninggalan Sultan Iskandar Muda (1608-1636) untuk permaisurinya Putri Phang.Menurut sejarah, Putri Phang selalu merasa rindu akan kampung halamannya, Pahang – Malaysia. Sultan kemudian mengetahui bahwa kegusaran permaisurinya itu karena di Pahang Istananya dikelilingi oleh perbukitan dimana permaisuri dapat bermain, namun disini tidak. Lalu Sultan membangun sebuah gunung buatan yaitu Gunongan dimana permaisuri dapat memanjatinya. Begitu bangunan ini siap, permaisuri menjadi berbahagia dan lebih banyak menghabiskan waktunya disini terutama pada saat matahari akan tenggelam. Gunongan terletak dalam sebuah komplek di Jl. Teuku Umar Banda Aceh, dimana daerah tersebut luput dari keganasan Tsunami.

3.       Pinto Khop

Uraian Singkat :
Dibangun Pada masa Pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Pinto Khop merupakan pintu penghubung antara Istana dan Taman Putroe Phang. Pinto Khop ini merupakan pintu gerbang berbentuk kubah. Pintu Khop ini merupakan tempat beristirahat Putri Phang, setelah lelah berenang, letaknya tidak jauh dari Gunongan, disanalah dayang-dayang membasuh rambut sang permaisuri. Disana juga terdapat kolam untuk sang permaisuri mandi bunga. Ditempat itu pula oleh Sultan dibangun sebuah perpustakaan dan menjadi tempat sang permaisuri serta Sultan menghabiskan waktu sambil membaca buku selepas berenang, keramas dan mandi bunga.

4.       Gerbang Puetjoet Kerkoff

Uraian Singkat :
Kerkoff berasal dari bahasa Belanda yang berarti kuburan, sedangkan Peutjoet atau asal kata dari Pocut (putra kesayangan) Sultan Iskandar Muda yang dihukum oleh ayahnya sendiri (Sultan Iskandar Muda) karena melakukan kesalahan fatal dan dimakamkan di tengah-tengan perkuburan ini. Pada relief dinding gerbang makam tertulis nama-nama serdadu Belanda yang meninggal dalam pertempuran dengan masyarakat Aceh (setiap relief ada 30 nama); daerah pertempuran, seperti di Sigli, Moekim, Tjot Basetoel, Lambari en Teunom, Kandang, Toeanko, Lambesoi, Koewala, Tjot Rang – Pajaoe, Lepong Ara, (Oleh Karang – Dango, dan Samalanga); dan tahun meninggal para serdadu (1873-1910). Sekitar 2200 tentara Belanda termasuk 4 jenderalnya sejak tahun 1883 hingga 1940-an dikuburkan di sini. Di antara para serdadu Belanda tersebut ada beberapa nama prajurit Marsose yang berasal dari Ambon, Manado dan Jawa. Para prajurit Marsose yang berasal dari Jawa ditandai dengan identitas IF (inlander fuselier) di belakang namanya, prajurit dari Ambon dengan tanda AMB, prajurit dari Manado dengan tanda MND, dan serdadu Belanda dengan tanda EF/ F.

5.       Rumoh Aceh

Uraian Singkat :
Rumah tradisonal suku Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah) dan seuramoë likôt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu (rumah dapur).



6.       Masjid Tuha Indrapuri

Uraian Singkat :
Awalnya merupakan Candi yang didirikan orang-orang Hindu di Aceh, kemudian dihancurkan setelah masuk dan berkembangnya agama Islam. Di atas reruntuhan Candi tersebut, selanjutnya dibangun masjid yang diberi nama Masjid Indrapuri oleh Sultan Iskandar Muda sekira tahun 1607-1636. Sekarang Masjid tersebut masih ada dalam bentuk bangunan tradisional yang tetap dilestarikan serta difungsikan sebagai tempat ibadah.

7.       Benteng Indra Patra

Uraian Singkat :
Dahulu kala, Benteng Patra Indra Patra digunakan sebagai benteng pertahanan dari serangan – serangan meriam Portugis. Letaknya pun strategis karena menghadap langsung ke Selat Malaka. Arsitekturnya yang unik dan mempunyai ukuran yang besar, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk mengunjungi tempat wisata ini. Letaknya di Kecamatan Masjid Raya, jalan Krueng Raya, Banda Aceh.

8.       Rencong atau Rincong

Uraian Singkat :
Rencong atau Rincong atau Rintjoeng adalah senjata pusaka bagi rakyat Aceh dan merupakan simbol keberanian,keperkasaan,pertahanan diri dan kepahlawanan aceh dari abad ke abad. Menurut salah satu sumber Rencong telah dikenal pada awal Islam Kesultanan di abad ke-13.
Dijaman Kerajaan Aceh Darussalam rencong ini tidak pernah lepas dari hampir setiap pinggang ( selalu diselipkan dipinggang depan ) rakyat Aceh yang rata-rata punya keberanian luar biasa baik pria maupun wanita karena rencong ini bagi orang Aceh ibarat tentara dengan bedilnya yang merupakan simbol keberanian,kebesaran,ketinggian martabat dan keperkasaan orang Aceh.


9.       Lonceng Cakra Donya

Uraian Singkat :
Lonceng atau genta yang terkenal dan termasyhur (icon kota Banda Aceh) di Aceh ini sekarang diletakkan di Musium Aceh, Banda Aceh. Lonceng yang dibawa oleh Cheng Ho ini adalah pemberian Kaisar Tiongkok, pada abad ke-15 kepada Raja Pasai. Ketika Pasai ditaklukkan oleh Aceh Darussalam pada tahun 1524, lonceng ini dibawa ke Kerajaan Aceh. Pada awalnya lonceng ini ditaruh diatas kapal Sultan Iskandar Muda yang bernama "Cakra Donya".


10.   Siwaih

Uraian Singkat :
Senjata ini sejenis dengan rencong yang juga merupakan senjata untuk menyerang. Bentuknya hamper sama dengan rencong tetapi siwaih ukurannya (baik besar maupun panjang) melebihi dari rencong. Siwaih sangat langka ditemui, selain harganya mahal, juga merupakan bagian dari perlengkapan raja-raja atau ulebalang-ulebalang. Namun demikian untuk siwaih yang telah diberikan hiasan emas dan permata pada sarung dan gagangnya lebih berfungsi sebagai perhiasan dari pada sebagai senjata.



11.   Batee Ie (Centong)

Uraian Singkat :
Sebuah wadah yang berbentuk mangkuk yang berukuran kecil yang pada sisi luar dan dalamnya dihiasi dengan ukiran berbentuk pucok rebong (tumpal) dan suluran bunga. Pada sisi bibir wadah terdapat garis timbul melingkar. Biasanya wadah ini digunakan sebagai alat mengambil air pada kehidupan sehari-hari dan upacara-upcara adat di daerah Aceh.



12.   Cambung (Tempat Air Bunga)

Uraian Singkat :
Cambung (Tempat air bunga) yang berbentuk seperti mangkuk berkaki pada bagian bawah dandiberi ukiran pucuk rebung. Bagian yang berbentuk mangkuk diberi hiasan motif suluran bunga dan suastika yang saling berdampingan dan dilatari dengan ukiran berbentuk telur ikan. Wadah ini digunakan untuk menampung air bunga yang biasanya digunakan oleh masyarakat Aceh untuk pergi ke kuburan atau upacara adat lainnya.


13.   Ceurana
Uraian Singkat :
Sebuah ceurana yang terbuat dari kuningan, kakinya berbentuk kaki dalang dan bagian atasnya berbentuk piring. Bagian bawah dihiasi motif suluran daun, tumpal (pucuk rebung) dengan teknik terawang pada bagian dalam piring ada dua garis lingkaran. Bagian kakinya sudah patah. Ceurana ini biasanya digunakan sebagai tempat sirih untuk upacara adat pada masyarakat Aceh.



14.   Serune Kalee

Uraian Singkat :
Serune kalee adalah instrumen tiup tradisional Aceh (terutama daerah Pidie, Aceh Utama, Aceh Besar dan Aceh Barat). Alat ini terbuat dari kayu. Alat ini biasa digunakan dalam upacar-upacara dan tarian-tarian tradisional.








15.   Rapai
Uraian Singkat :
Rapai terbuat dari bahan dasar berupa kayu dan kulit binatang. Bentuknya seperti rebana dengan warna dasar hitam dan kuning muda. Sejenis instrumen musik pukul (percussi) yang berfungsi pengiring kesenian tradisional.



16.   Geundrang (Gendang) 

Uraian Singkat :
Geundrang merupakan unit instrumen dari perangkatan musik Serune Kalee. Geundrang termasuk jenis alat musik pukul dan memainkannya dengan memukul dengan tangan atau memakai kayu pemukul. Geundrang dijumpai di daerah Aceh Besar dan juga dijumpai di daerah pesisir Aceh seperti Pidie dan Aceh Utara. Fungsi Geundrang nerupakan alat pelengkap tempo dari musik tradisional etnik Aceh.


17.   Canang

Uraian Singkat :
Canang adalah alat musik tradisional yang terdapat dalam kelompok masyarakat Aceh, Gayo, Tamiang, dan Alas. Masyarakat Aceh menyebutnya "Canang Trieng", di Gayo disebut "Teganing", di Tamiang disebut "Kecapi" dan di Alas disebut dengan "Kecapi Olah". Canang terbuat dari kuningan dan bentuknya menyerupai gong. Hampir semua daerah di Aceh terdapat alat musik canang dan masing-masing memiliki pengertian dan fungsi yang berbeda-beda pula. Fungsi canang secara umum sebagai penggiring tarian-tarian tradisional. Canang juga sebagai hiburan bagi anak-anak gadis yang sedang berkumpul. Biasanya dimainkan setelah menyelesaikan pekerjaan di sawah ataupun pengisi waktu senggang.

18.   Cupeng
Uraian Singkat :
Sebuah cupeng yang terbuat dari perak yang berbentuk hati berhiasan motif suluran bunga yang dibuat dengan teknik ditatah timbulkan. Motif tersebut dibatasi dengan garis bidang kosong lainnya yang diisi dengan motif mutiara kecil yang dibuat berbentuk simetris dan tetap menggunakan teknik yang sama dengan motif suluran bunga. Pada bagian atas cupeng terdapat pengait berbentuk bulat panjang dengan lubang pada bagian dalamnya yang berfungsi sebagai tempat untuk memasukkan tali yang akan digunakan sebagai pengikat cupeng. Cupeng ini digunakan oleh anak balita perempuan.


19.   Gelang Perak

Uraian Singkat :
Sebuah gelang kaki yang terbuat dari perak bermotifkan tumpal, bunga dan daun di dalam bidang geometris segi empat di dalam bagian gelang kosong. Gelang ini biasanya digunakan sebagai perhiasan wanita Gayo.





20.   Keureusang (Kerosang/Kerongsang/Bros)

Uraian Singkat :
Keureusang adalah perhiasan yang memiliki ukuran panjang 10 Cm dan lebar 7,5 Cm. Perhiasan dada yang disematkan di baju wanita (sejenis bros) yang terbuat dari emas bertatahkan intan dan berlian. Bentuk keseluruhannya seperti hati yang dihiasi dengan permata intan dan berlian sejumlah 102 butir. Keureusang ini digunakan sebagai penyemat baju (seperti peneti) dibagian dada. Perhiasan ini merupakan barang mewah dan yang memakainya adalah orang-orang tertentu saja sebagai perhiasan pakaian harian.

21.   Patam Dhoe

Uraian Singkat :
Patam Dhoe adalah salah satu perhiasan dahi wanita Aceh. Biasanya dibuat dari emas ataupun dari perak yang disepuh emas. Bentuknya seperti mahkota. Patam Dhoe terbuat dari perak sepuh emas. Terbagi atas tiga bagian yang satu sama lainnya dihubungkan dengan engsel. Di bagian tengah terdapat ukuran kaligrafi dengan tulisan-tulisan Allah dan di tengahnya terdapat tulisan Muhammad-motif ini disebut Bungong Kalimah-yang dilingkari ukiran bermotif bulatan-bulatan kecil dan bunga.

22.   Simplah

Uraian Singkat :
Simplah merupakan suatu perhiasan dada untuk wanita. Terbuat dari perak sepuh emas. Terdiri dari 24 buah lempengan segi enam dan dua buah lempengan segi delapan. Setiap lempengan dihiasi dengan ukiran motif bunga dan daun serta permata merah di bagian tengah. Lempengan-lempengan tersebut dihubungkan dengan dua untai rantaiSimplah mempunayi ukuran Panjang sebesar 51 Cm dan Lebar sebesar 51 Cm.

23.   Peuniti

Uraian Singkat :
Seuntai Peuniti yang terbuat dari emas; terdiri dari tiga buah hiasan motif Pinto Aceh. Motif Pinto Aceh dibuat dengan ukiran piligran yang dijalin dengan motif bentuk pucuk pakis dan bunga. Pada bagian tengah terdapat motif boheungkot (bulatan-bulatan kecil seperti ikan telur). Motif Pinto Aceh ini diilhami dari bentuk pintu Rumah Aceh yang sekarang dikenal sebagai motif ukiran khas Aceh. Peuniti ini dipakai sebagai perhiasan wanita, sekaligus sebagai penyemat baju.

24.   Geuepet

Uraian Singkat :
Sebuah wadah (geupet) yang terbuat dari tanah, bentuk keseluruhan seperti buah labu tanah, bagian badan dihiasi ukiran timbul, tumpal, telur ikan dan lingkaran. Bibir mencuat keluar geupit ini digunakan sebagai wadah dan tempat memasak air yang rasa sengam.





25.   Kanot (Kuali)

Uraian Singkat :
Sebuah kuali yang terbuat dari kuningan berbentuk labu tanah yang bermotif garis melingkar. Bejana ini memiliki bibir yang mencuat dengan lebar 3 cm. Bejana ini biasanya digunakan oleh masyarakat Aceh untuk memasak.





26.   Ludahan (Sudahan)

Uraian Singkat :
Sebuah ludahan (sudahan) adalah sejenis tempat ludah atau air bekas cucian tangan yang terbuat dari kuningan dengan motif lekuk timbul tiga garis yang mengelilingi bagian perut. Pada sisi bagian atas yang berbentuk agak lebar seperti piring yang berukir terawang. Ludahan sering digunakan sebagai tempat penampung air cucian tangan ataupun air ludah. Ludahan ini sering dipergunakan pada upacara-upacara adat.


27.   Ija Krong

Uraian Singkat :
Sebuah ija krong terbuat dari jenis benang dan bermotif daun sirih di sisi pinggir kain. Di tengah-tengahnya ada motif bunga linear.







28.   Kain Tangkulok

Uraian Singkat :
Selembar kain tengkulok terbuat dari jenis benang bergaris-garis panjang berwarna kuning bermotif pucuk rebong dan ada unsur benang emasnya berbentuk garis panjang.






29.   Kendi

Uraian Singkat :
Kendi ini terbuat dari tanah liat. Bentuknya seperti buah labu yang agak besar. dibagian bawah sedang, kebagian atas agak kecil. Pada bagian badan labu terdapat goresan motif pucuk rebung warna coklat kemerahan. Selain tempat minum, kendi ini berfungsi sebagai tanda perceraian bagi pria Gayo.




30.   Peune (Tempat Masak Minyak Kemenyan)

Uraian Singkat :
Sebuah wadah yang terbuat dari tanah liat berwarna hitam yang terdiri dari dua bagian. Bagian dalam berbentuk bulat yang berfungsi sebagai wadah. Bagian luar berbentuk payung yang terdapat lubang pada bagian atas. Alat ini biasa digunakan oleh masyarakat Aceh untuk memasak kemenyan.




31.   Sangku Kayu (Tempat Masak Nasi)

Uraian Singkat :
Sebuah sangku terbuat dari kayu berbentuk bulat seperti silinder. Terdiri dari tiga bagian yaitu badan, tutup dan saringan. Sangku ini pada bagian badan dihiasi dengan motif tumpa berfungsi sebagai tempat masak nasi dan ketan yang biasanya digunakan oleh masyarakat Aceh.







32.   Klah Pliek U

Uraian Singkat :
Sepasang klah pliek u yang berbentuk silinder yang terbuat dari belahan anyaman rotan bermotif geometris balok-balok. Alat digunakan sebagai pemeras minyak kelapa untuk menghasilkan minyak.






33.   Kupiah Meukeutop

Uraian Singkat :
Kupiah meukeutop, lengkap dengan hiasan. Tampak serta tangkulok kupiah ini terbuat dari kain tebal yang diisi dengan kapas didalamnya. Dibagian luar dilapisi kain/pita aneka warna. Tampok kupiah/topi berbentuk bunga dan sari bunga terbuat dari tembaga yang disepuh emas terdiri dari tiga tingkat/susunan bunga yang dilengkapi pula dengan permata (kaca) berjumlah 16 buah.





34.   Meriam

Uraian Singkat :
Meriam adalah sejenis senjata berat orang Aceh. Menurut Jacob Rijck Van Opmeer dan kronik-kronik Aceh, sejak permulaan abad XVII orang Aceh sudah biasa membuat/menuang meriam yang terbuat dari perunggu, besi atau tembaga. Namun demikian sebahagian besar meriam yang dimiliki orang Aceh merupakan hasil rampasan perang (Portugis) dan pembelian luar negeri. Pada masa perang Belanda, meriam Aceh dibuat di daerah Montasik (Aceh Besar).

35.   Meriam Lada Sicupak

Uraian Singkat :
Meriam Lada Sicupak, alat perang kerajaan Aceh yang dibeli dari negara Turki pada abad XVI di Desa Blang Balok, Kecamatan Peureulak Kota, Aceh Timur. Meriam ini sekaligus membuktikan jejak bangsa Turki dan hubungan perdagangan di bumi Peureulak. Meriam tersebut dibeli oleh sepuluh laskar (tentara) dengan cara menukarkan biji lada sicupak (3 muk) satu unit meriamnya. maka nama meriam ditambalkan "Meriam Lada Sicupak".

36.   Peuneurah U (Perahan Kelapa)

Uraian Singkat :
Seperangkat perahan kelapa yang terbuat dari kayu dan terdiri dari 4 buah bersegi, 8 tiang dan 3 lempeng kayu (papan) yang berfungsi sebagai penjepit. Kesemua ini dirangkai dengan sistim bongkar pasang (knock down). Perahan kelapa ini dilengkapi dengan dua buah palu yang berbentuk bulat (silinder) dan dua pasak. Kedua sisi kayu penjepit dihiasi ukiran pilin tali daun bunga matahari. Perahan kelapa ini berfungsi untuk penyulingan minyak kelapa.


37.   Jeungki

Uraian Singkat :
Jeungki adalah suatu alat tradisional masyarakat aceh untuk menumbuk padi?dan sering juga di pergunakan untuk menumbuk kopi.Di gerakkan dengan kaki,titi tumpang lebih ke ujung pengungkit sehingga memberikan pukulan yang lebih keras.Di ujung pengungkit di pasang suatu kerangka terdiri atas 2(dua) bagian tegak lurus yang di hubungkan oleh kayu as(penggerak) harizontal sehingga jeungki akan naik turun.Di ujung sisi lain tempat di pasangkan alu(alee=dalam bahasa aceh) untuk menumbuk lesung.

38.   Tambo

Uraian Singkat :
Sejenis tambur yang termasuk alat pukul. Tambo ini dibuat dari bahan Bak Iboh (batang iboh), kulit sapi dan rotan sebagai alat peregang kulit. Tambo ini dimasa lalu berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menentukan waktu shalat/sembahyang dan untuk mengumpulkan masyarakat ke Meunasah guna membicarakan masalah-masalah kampung. Sekarang jarang digunakan (hampir punah) karena fungsinya telah terdesak olah alat teknologi microphone.

39.   Tempat Susu Perah

Uraian Singkat :
Sebuah wadah berbentuk seperti cerek tetapi terbuka pada sisi atasnya. Memiliki bagian seperti mulut wadah untuk memudahkan penuangan. Tempat ini memiliki pegangan berbentuk setengah lingkaran yang menggunakan engsel. Di kedua sisi engselnya terdapat ukiran yang berbentuk singa. Di sisi lain juga terdapat pegangan dengan gagang melengkung. Di bagian bawah terdapat alas dengan dasar berbentuk lingkaran dan pada seluruh sisi wadah terdapat motif menyerupai sisik. Tempat ini biasanya digunakan oleh suku Benggali yang menetap di Aceh sebagai wadah perah susu.


40.   Tempat Toet Keumeunyan (Terapan Api)

Uraian Singkat :
Sebuah tempat untuk membakar kemenyan yang terbuat dari kuningan yang berbentuk stupa dan terdiri dari tiga bagian. Alasnya berbentuk piring dengan motif ukiran bungan. Bagian atas terdiri dari dua bagian dan memiliki tiga kaki bermotif ukiran, engsel digunakan sebagai antara tempat pembakaran yang bermotif ukiran bunga dengan penutup yang bermotifkan bungan terawang. Alat ini digunakan sebagai tempat pembakaran kemenyan pada upacara-upacara adat di Aceh.

41.   Terompet

Uraian Singkat :
Sebuah terompet yang terbuat dari kuningan yang berbentuk bundar dengan tiga kali putaran dan mempunyai rantai dengan panjang 17 cm yang dikaitkan pada pegangannya. Salah satu sisi rantainya sudah lepas dari pegangan. Alat ini digunakan oleh masyarakat Aceh dalam mengiringi musik dalam upacara-upacara adat.




42.   Tilam Duk (Keunta)

Uraian Singkat :
Sebuah Tilam duk yang terbuiat dari kayu berbentuk segi empat. Pada tiga bagian sisi terdapat ukiran yang bermotif bungan delima dan awan. Pada satu sisi lainnya bermotif ukiran kayu balok-balok agak sejajar. Pada sisi atas terdapat profil berukiran yang menempel.




43.   Geramophone

Uraian Singkat :
Seperangkat geramophone, kotak terbuat dari kayu dan kaca berbentuksegi empat dan berengsel dari besi. Tempat piringan terbuat dari besi bentuk bulat. Tempat jarum terbuat dari besi berbentuk pipa yang dibengkokkan. Corong suara terbuat dari tembaga berbentuk terompet dan mempunyai 11 lekukan. Geramophone ini disertai 2 buah piringan hitam tentang pengajian dan lagu-lagu Aceh.

44.   Piring Besar

Uraian Singkat :
Piring besar berbentuk cembung. Warna dasar kelabu bergambar hiasan binatang pada sisi muka bagian tengah dan tidak berglasir.









45.   Prasasti Neusu Aceh

Uraian Singkat :
Prasasti (Batu Bersurat) ditemukan di desa Neusu Aceh, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh oleh Drs. Nasruddin Sulaiman, tanggal 18 April 1990. Museum Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah melakukan pengamanan dengan cara mengambil prasasti tersebut dari langgar Neusu Aceh pada tanggal 3 Desember 1990 dan disimpan di Museum Propvinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Prasasti ini berbentuk "Yupa", panjang 170 cm, lebar 37 cm, tebal 19 cm, diperkirakan jenis batu andesit. Pada kedua sisi Yupa ini terdapat tulisan yang diperkirakan berbahasa Tamil kuno, berasal dari abad ke-11. Sesuai dengan tempat asal  temuannya oleh mantan Kakanwil Depdikbud Aceh, Ibrahim Kaoy, prasati ini dinamakan "Prasasti Neusu Aceh".

46.   Peudeung

Uraian Singkat :
Peudeung atau Pedang digunakan sebagai senjata untuk menyerang.Jika rencong digunakan untuk menikam,maka pedang digunakan beriringan dengan itu,yaitu sebagai senjata untuk mentetak atau mencincang.Berdasarkan daerah asal pedang,di Aceh dikenal beberapa macam pedang yaitu peudeung Habsyah (dari Negara Abbesinia),Peudeung Poertugis (dari Eropa Barat),Peudeung Turki berasal dari raja-raja Turki.

47.   Monumen Kereta Api

Uraian Singkat :
Pada tahun 1970 Kota Banda Aceh masih menggunakan kereta api sebagai salah satu sarana transportasi. Kereta api ini mencapai rute hingga Kota Medan di Sumatra Utara. Kini Lokomotif dan salah satu gerbong barang dari kereta api tersebut dibuat menjadi Monument Kereta Api yang berada di Jl.Sultan A.Mahmudsyah. Banda Aceh, dan menjadi salah satu sejarah transportasi di Aceh.


48.   Masjid dan Makam Tgk. Di Anjong

Uraian Singkat :
Masjid yang berada di Desa Peulanggahan, Kec.Kuta Raja. Kota Banda Aceh ini didirikan pada abad 18 Masehi oleh seorang ulama yang berasal dari Arab Saudi, tepatnya dari Negara Yaman. Beliau yang bernama Al Qutb - Al Habib - Sayyid Abubakar bin Husain Bilfaqih, atau yang lebih dikenal dengan nama "Teungku Di Anjong" adalah gelar kehormatan bagi beliau. Di Anjong berarti yang di Sanjung atau di Muliakan. Selain masjid disini juga terdapat Makam Teungku Di Anjong".


49.   Kompleks Makam Kandang XII

Uraian Singkat :
Kompleks makam ini berada di Jl.Sultan A.Mahmudsyah, Kelurahan Keuraton,  Kec.Baiturrahman. Kota Banda Aceh. Di Kompleks Makam Kandang XII ini terdapat 12 makam para raja yang pernah memerintah di Aceh. Di makam ini dapat dijumpai tulisan kaligrafi indah dalam bahasa Arab. Makam Para Raja atau Sultan tersebut antara lain: Sultan Ali Mughayatsyah (1511-1530), Sultan Alaiddin Riayatsyah Al-Qahar (1537-1568).

50.   Makam Raja-Raja Kampung Pandee

Uraian Singkat :
Lokasi di Kampung Pandee, Kec.Kutaraja. Kota Banda Aceh. Kompleks makam ini terletak diarea perumahan penduduk. Letak kompleks pemakaman ini tidak jauh dari pantai Kuala Aceh, sehingga banyak dari makam-makam para raja tersebut habis dilanda Tsunami th 2004 yang lalu, dan sebagian dari makam tersebut masih ada.




51.   Makam Syiah Kuala

Uraian Singkat :
Sekarang letak makam Syiah Kuala ini sekitar 50 meter dari pinggir laut, sebelum Tsunami jaraknya sekitar 100 Meter. Lokasi tempat ini tidak jauh dari muara Sungai Aceh (Kreung Aceh). Jarak dari pusat kota sekitar 3 km.Karena letaknya tidak jauh dari muara sungai yang dalam bahasa Aceh disebut Kuala, maka nama makam tersebut disebut Syiah Kuala. Tengku Syiah Kuala yang bernama " Abdul Rauf bin Ali Al-Jawi As-Singkili" merupakan salah seorang ulama besar yang sangat terkenal dan telah menulis banyak buku tentang agama Islam. Beliau juga diangkat menjadi Kadhi Malikul Adil pada masa pemerintahan Ratu Safiatuddin pada abad ke-17 Masehi. Beliau membangun sebuah perguruan agama Islam yang telah menghasilkan banyak ulama. Kuburan beliau masih banyak dikunjungi oleh penziarah terutama murid-murid dari bekas murid beliau yang ada di Sumatera Barat dan Malaysia. Kawasan pekuburan ini juga terkena dampak dari Tsunami yang lalu. Saat ini (tahun 2008), situs ini sedang dipugar oleh pemerintah kota Banda Aceh.

52.   Makam Sultan Iskandar Muda
Uraian Singkat :
Dialah raja yang adil, dijuluki bijaksana dalam memimpin. Salah satu yang membuktikan hal itu, dia rela sekaligus tega merajam anak kandungnya sendiri, Meurah Pupok, karena berzina. Di tangannya Aceh mengalami masa kejayaan. Sultan Iskandar Muda, demikian orang menyebutnya, sedang nama kecilnya adalah Perkasa Alam. Dia lahir di Aceh, 1593 dan mangkat pada 27 Desember 1636. Dia dimakamkan di Komplek Gedung Meuseum Aceh atau disebut juga Kandang Meuh. Patut sekali berziarah ke sana, karena dialah raja yang membawa Aceh kepada masa gemilang.

0 Response to " Diantara Tempat dan Benda bersejarah Aceh "

Posting Komentar